Jumat, 19 Oktober 2012

Morfologi (pertemuan 1 dan 2)


Identitas Mata Kuliah
Nama Mata Kuliah            : Morfologi Bahasa Indonesia
Smester/SKS                     :  Ind III (Ganjil) /3 SKS
Kode Mata Kuliah                        :  MKK 11311
Semester                            :  III (Ganjil)
Program Studi                   :  Pend. Bahasa dan Sastra  Indonesia
Dosen pengampu              : Afif Rofii
Pertemuan ke                    :  2



1.      Pengertian Morfologi
Morfologi disebut juga ilmu bahasa yang mempelajari seluk beluk kata.

  • Kata Morfologi berasal dari kata morphologie. Kata morphologie berasal dari bahasa Yunani morphe yang digabungkan dengan logos. Morphe berarti bentuk dan dan logos berarti ilmu.

  • Verhaar (1984:52) berpendapat bahwa morfologi adalah bidang linguistik yang mempelajari susunan bagian kata secara gramatikal.

  • Kridalaksana (1984:129) yang mengemukakan bahwa morfologi, yaitu (1) bidang linguistik yang mempelajari morfem dan kombinasi-kombinasinya; (2) bagian dari struktur bahasa yang mencakup kata dan bagian-bagian kata, yaitu morfem.

  • Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa morfologi adalah bidang linguistik yang mempelajari hubungan antara morfem yang satu dengan morfem yang lain untuk membentuk sebuah kata.

  • Morfologi adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata.

  • Atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik .

2.      Ruang Lingku Kajian Morfologi

§  Dalam kaitannya dengan kebahasaan, yang dipelajari dalam morfologi ialah bentuk kata. Selain itu, perubahan bentuk kata dan makna (arti) yang muncul serta perubahan kelas kata yang disebabkan perubahan bentuk kata itu, juga menjadi objek pembicaraan dalam morfologi.

§  Dengan kata lain objek pembicaraan dalam morfologi adalah morfem pada tingkat terendah dan kata pada tingkat tertinggi.
3.      Morfem, Morf dan Alomorf

A. Morfem
  • Morfem merupakan satuan gratikal terkecil yang mempunyai makna berada diatas satuan silabel.
  • Menurut Bloomfield “ Morfem adalah satu bentuk bahasa yang sebagiannya tidak mirip dengan bentuk lain mana pun juga, baik bunyi maupun arti”.
  • Menurut Hockett  “Morfem adalah unsur-unsur yang terkecil yang masing-masing mempunyai makna dalam tutur sebuah bahasa”.
  • Morfem adalah satuan bahasa terkecil yang maknanya secara relatif stabil dan yang tidak dapat dibagi atas bagian bermakna yang lebih kecil.
  • Berdasarkan konsep-konsep di atas dapat dikatakan bahwa morfem adalah satuan gramatik yang terkecil yang mempunyai makna, baik makna leksikal maupun makna gramatikal.

B. Morf
  • Fonem atau urutan fonem yang berasosiasi dengan suatu makna
  • Morf adalah anggota morfem yang belum ditentukan distribusinya
  • Morf adalah nama untuk semua bentuk yang belum diketahui statusnya.

C. Alomorf
  • Alomorf , adalah anggota morfem yang telah ditentukan posisinya, meng, menge, meny adalah alomorf dari me-
  •  Alomorf adalah nama untuk semua bentuk  yang sudah diketahui status morfemnya.
  • Alomorf adalah bentuk-bentuk realisasi yang berlainan dari morfem yang sama.
  • Dengan kata lain, alomorf adalah perwujudan konkret (di dalam pertuturan) dari sebuah morfem.
















Identitas Mata Kuliah
Nama Mata Kuliah            :  Morfologi Bahasa Indonesia
Smester/SKS                     :  Ind III (Ganjil) /3 SKS
Kode Mata Kuliah                        :  MKK 11311
Semester                            :  III (Ganjil)
Program Studi                   :  Pend. Bahasa dan Sastra  Indonesia
Dosen Pengampu              : Afif Rofii
Pertemuan ke                    :  3

Prosedur Pengenalan Morfem

Ada enam prinsip yang saling melengkapi untuk memudahkan pengenalan morfem (Lihat Ramlan, 1980)

1.      Prinsip pertama

Bentuk-bentuk yang mempunyai struktur fonologis dan arti atau makna yang sama merupakan satu morfem.
                                     membaca                                           kemanusiaan
Contoh:           baca      pembaca                     ke-an               kecepatan
                                     bacaan                                                kedutaan
                                     membacakan                                       kedengaran

            Karena struktur fonologis dan                        Satuan tersebut,           
maknanya sama, maka satuan                         walaupun
tersebut merupakan morfem                           struktur fonologisnya yang sama.                                                      sama, bukan merupa-                                                                                      kan morfem yang                                                                                                 sama karena makna                                                                                         gramatikalnya
berbeda

2.      Prinsip Kedua

Bentuk-bentuk yang mempunyai struktur fonologis yang berbeda, merupakan satu morfem apabila bentuk-bentuk itu mempunyai arti atau makna yang sama, dan perbedaan struktur fonologisnya dapat dijelaskan secara fonologis. Perubahan setiap morf itu bergantung kepada fonem awal morfem yang dilekatinya.
                                                                         mem - :  membawa
Contoh:                       meN-                            men  - :  menulis 
                                                                        meny - :   menyisir
                                                             meng -            :   menggambar
                                                             me-     :   melempar
 
Perubahan setiap morf itu bergantung kepada fonem awal morfem yang dilekatinya.

3  Prinsip Ketiga

Bentuk-bentuk yang mempunyai struktur fonologis yang berbeda, sekalipun perbedaannya tidak dapat dijelaskan secara fonologis, masih dapat dianggap sebagai satu morfem apabila mempunyai makna yang sama, dan mempunyai distribusi yang komplementer. Perhatikan contoh berikut:

ber-      :  berkarya, bertani, bercabang
bel-      :  belajar,
be-       :  bekerja,  beserta

Kedudukan afiks ber- yang tidak  dapat bertukar tempat itulah yang disebut distribusi komplementer

4  Prinsip Keempat

Apabila dalam deretan struktur, suatu bentuk berpararel dengan suatu kekosongan, maka kekosongan itu merupakan morfem, ialah yang disebut morfem zero.
Misalnya:
Rina membeli sepatu
Rina menulis surat
Rina membaca novel
Rina menggulai ikan
Rina makan roti
Rina minum susu

Semua kalimat itu berstruktur SPO. Predikatnya tergolong ke dalam verba aktif transitif. kalau pada kalimat a, b. c, dan d, verba aktif transitif tersebut ditandai oleh meN-, sedangkan pada kalimat e dan f  verba aktif transitif itu ditandai kekosongan (meN- tidak ada), kekosongan itu merupakan morfem, yang disebut morfem zero.

5         Prinsip Kelima

Bentuk-bentuk yang mempunyai struktur fonologis yang sama mungkin merupakan satu morfem, mungkin pula merupakan morfem yang berbeda. Apabila bentuk yang mempunyai struktur fonologis yang sama itu berbeda maknanya, maka tentu saja merupakan fonem yang berbeda.
Contoh:
a.   Andi membeli buku
 b. Buku itu sangat mahal

a.   Andi membaca buku
b.   Andi makan buku tebu

Satuan buku pada kalimat 1. a dan 1. b merupakan morfem yang sama karena maknanya sama. Satuan buku pada kalimat kalimat 2. a dan 2. b bukanlah morfem yang sama karena maknanya berbeda.

6. Prinsip Keenam

Setiap bentuk yang tidak dapat dipisahkan merupakan morfem. Ini berarti bahwa setiap satuan gramatik yang tidak dapat dipisahkan lagi atas satuan-satuan gramatik yang lebih kecil, adalah morfem. Misalnya, satuan ber- dan lari pada berlari, ter- dan tinggi pada tertinggi tidak dapat dipisahkan lagi atas satuan-satuan yang lebih kecil. oleh karena itu, ber-, lari, ter, dan tinggi adalah morfem.