Identitas Mata Kuliah
Nama Mata
Kuliah : Morfologi Bahasa Indonesia
Smester/SKS : Ind III (Ganjil) /3 SKS
Kode Mata Kuliah : MKK 11311
Semester : III (Ganjil)
Program Studi : Pend. Bahasa dan
Sastra Indonesia
Dosen pengampu : Afif Rofii
Pertemuan ke : 6
Jenis Kata
A. Tata Bahasa Tradisional
Dalam
tata bahasa tradisional kelas kata dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1) Kata
benda (nomina)
Kata benda adalah nama
dari semua benda atau yang dibendakan.
Misalnya: tuhan, angin, buku, rumah batu dan
sebagainya.
2) Kata
kerja (verba)
Kata kerja adalah semua
kata yang menyatakan perbuatan atau laku.
Misalnya: membaca, mandi, makan, bicara, mencium, mengambil dan
sebagainya.
3) Kata
sifat (ajektiva)
Kata sifat adalah kata
yang menyatakan sifat atau hal keadaan sebuah benda/ sesuatu.
Misalnya: besar, baru, tinggi, baik, ganteng, cantik,
mahal dan sebagainya.
4) Kata
ganti (pronomina)
Kata ganti adalah kata
yang dipakai untuk menggantikan kata benda atau yang dibendakan.
Misalnya: ini, itu, mereka, sesuatu, masing-masing,
dia, kamu, kalian dan sebagainya.
5) Kata
keterangan (adverbial)
Kata keterangan adalah
kata yang memberikan keterangan tentang kata kerja, kata sifat, kata bilangan
atau seluruh kalimat.
Misalnya: pelan-pelan, cepat, kemarin, tadi dan sebagainya.
6) Kata
bilangan atau (numeralia)
Kata bilangan adalah
kata yang menyatakan jumlah benda atau jumlah kumpulan atau urutan tempat
nama-nama benda.
Misalnya: seribu, seratus, pertama, berdua, bertiga
banyak dan sebagainya.
7) Kata
penghubung (konjungsi)
Kata penghubung adalah
kata yang menghubungkan kata-kata bagian
kalimat, atau menghubungkan kalimat-kalimat.
Misalnya: dan, lalu, meskipun sungguhpun, ketika, jika
dan sebagainya.
8) Kata
depan (preposisi)
Kata depan adalah kata
yang menerangkan kata atau bagian kalimat.
Misalnya: di, ke, dari, daripada, kepada.
9) Kata
sandang (artikel)
Kata sandang adalah
kata yang berfungsi menentukan kata benda atau membendakan suatu kata.
Misalnya: si, sang, yang
10) Kata
seru (interjeksi)
Kata seru adalah kata
(yang sebenarnya sudah menjadi kalimat) untuk mengucapkan perasaan.
Misalnya: aduh, wah, eh, oh, astaga dan sebagainya.
B. Menurut Kridalaksana
Dalam bukunya Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia,
membagi kata-kata dalam tiga belas kelompok yaitu:
1) Verba
(kata kerja)
Sebuah kata dapat dikatakan
berkategori verba hanya dalam perilakunya dalam frase, yakni dalam hal
kemungkinannya satuan itu di damping partikel tidak dalam kontruksi dan dalam hal tidak dapat didampingi satuan
itu dengan partikel di, ke, dari,
atau dengan partikel seperti sangat,
lebih dan agak.
Verba dibedakan menjadi
dua yaitu verba dasar dan verba turunan (berafiks, reduplikasi, verba berproses
gabung).
Misalnya: duduk, makan, menulis, ditulis, bernyanyi,
terpikirkan dan sebagainya.
2) Ajektiva
(kata sifat)
Ajektiva adalah kategori
kata yang ditandai oleh kemungkinannya untuk 1) bergabung dengan partikel tidak, 2) mendampingi nomina atau 3) di
damping oleh lebih, sangat, agak, 2)
berciri morfologis -er, -if dan –i, 5) dibentuk menjadi nomina dengan konfiks (ke-an). Ajektiva
dibedakan menjadi dua yaitu ajektiva dasar dan ajektiva turunan.
Misalnya: adil, berat, cantik, panjang, alami, abadi,
duniawi dan sebagainya.
3) Nomina
(kata benda)
Nomina adalah kategori
kata yang secara sintaksis 1) tidak mempunyai potensi untuk bergabung dengan
partikel tidak, 2) mempunyai potensi untuk didahului partikel dari. Berdasarkan
bentuknya nomina dibedakan atas: 1) nomina dasar, 2) nomina turunan, 3) nomina
paduan leksem 4) nomina paduan leksen gabungan.
Misalnya: batu, udara,
keuangan, rumah-rumah, Jepang, utara dan sebagainya.
4) Pronomina
(kata ganti)
Pronominal adalah
kategori yang berfungsi untuk
menggantikan nomina. Apa yang digantikan itu disebut anteseden. Kategori ini
tidak bisa berafiks, tetapi beberapa diantaranya bisa direduplikasi.
Misalnya: aku, kamu,
dia mereka, sesuatu, sendiri dan sebaginya
5) Numeralia
(kata bilangan)
Numeralia adalah
kategori yang dapat 1) mendampingi nomina dalam konstruksi sintaksis, 2)
mempunyai potensi untuk mendampingi numeralia lain, dan 3) tidak dapat
bergabung dengan tidak atau dengan sangat.
Misalnya: dua, dua
pertiga, kesatu, perempatan, pertama, dan sebagainya.
6) Adverbia
(kata keterangan)
Adverbia adalah
kategori yang dapat mendampingi ajektiva, numeralia, atau preposisi dalam
konstruksi sintaksis. Adverbia dibedakan menjadi adverbia dasar, turunan, adverbia
deverbal gabungan, adeverbia de-adjectival gabungan, gabungan proses.
Misalnya: belum, agak, pernah, sering, sungguh, masih
dan sebagainya.
7) Interogativa
(kata tanya)
Interogativa adalah
kategori dalam kalimat interogatif yang berfungsi menggantikan sesuatu yang
ingin diketahui oleh pembicara atau mengukuhkan apa yang telah diketahui
pembicara.
Misalnya: apakah, apa, kenapa, mengapa, siapa dan
sebagainya.
8) Demonstrativa
Demonstrativa adalah
kategori yang berfungsi untuk menunjukkan sesuatu di dalam maupun diluar
wacana. Sesuatu itu disebut anteseden.
Misalnya: ini, itu, di sini, di situ, begitu, sekian,
demikian, sebagai berikut dan sebagainya.
9) Artikula
Artikla dalam bahasa
Indonesia adalah kategori yang mendampingi nomina dasar (misalnya si kancil),
nomina deverbal (misalnya si terdakwa) pronominal (misalnya si dia), dan verba
pasif (misalnya kaum tertindas).
Mislanya: si, sang, yang, kaum, para, umat dan
sebagainya.
10) Preposisi
(kata depan)
Preposisi adalah
kategori yang terletak di depan kategori lain
(terutama nomina).
Misalnya: di, ke, dari.
11) Konjungsi
(kata penghubung)
Konjungsi adalah
kategori yang berfungsi untuk meluaskan satuan yang lain dalam konstruksi
hipotaktis dan selalu menghubungkan dua satuan atau lebih dalam konstruksi.
Misalnya: dan, tetapi, agar, ketika, jika dan
sebagainya.
12) Kategori
fatis
Kategori fatis adalah
kategori yang bertugas memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan komunikasi antara pembicara dan kawan bicara.
Kelas kata ini biasanya terdapat dalam konteks dialog atau wawancara
bersambutan yaitu kata-kata yang diucapkan oleh pembicara dan kawan bicara.
Kategori fatis meliputi
partikel dan kata fatis dan frase fatis.
Misalnya: deh, dong, -lah, tah, sih, selamat pagi,
selamat tidur, dengan hormat dan sebagainya.
13) Interjeksi
(kata seru)
Interjeksi adalah
kategori yang bertugas mengungkapkan perasaan pembicara, dan secara sintaksis
tidak berhubungan dengan kata-kata lain dalam ujaran.
Mislanya: aduh, ah, oh, amboi, ih cih, sip, wah dan
sebagianya.
***
Identitas Mata Kuliah
Nama Mata
Kuliah : Morfologi Bahasa Indonesia
Smester/SKS : Ind III (Ganjil) /3 SKS
Kode Mata Kuliah : MKK 11311
Semester : III (Ganjil)
Program Studi : Pend. Bahasa dan
Sastra Indonesia
Dosen pengampu : Afif Rofii
Pertemuan ke : 7
Proses Pembentukan Kata
Proses pembentukan kata melibatkan
komponen-komponen berikut ini:
1)
Bentuk dasar
2)
Alat pembentuk (afiksasi, reduplikasi, komposisi,
akronimisasi, dan konversi)
3)
Makna gramatikal
4)
Hasil proses pembentukan
1).
Bentuk dasar
Bentuk
dasar adalah bentuk yang kepadanya dilakukan proses morfologi. Bentuk dasar dapat berupa akar seperti baca, pahat, dan juang pada membaca, memahat dan berjuang. Dapat juga polimorfemis
seperti bentuk bermakna, berlari dan jual beli, pada kata kebermaknaan, berlari-lari dan berjual beli.
Dalam
proses reduplikasi bentuk dasar dapat berupa akar seperti akar rumah pada kata rumah-rumah dapat juga berupa kata berimbuhan seperti menembak pada kata menembak-nembak. Dalam proses komposisi
dapat berupa akar misalnya sate pada
kata sate padang, sate lontong, halaman pada kata kampung halaman.
2).
Pembentuk kata
Alat
pembentuk kata dalam morfologi adalah : a) afiks dalam proses afiksasi, b)
pengulangan dalam proses reduplikasi, c) penggabungan dalam proses komposisi,
d) pemendekan atau penyingkatan dalam proses akronimisasi dan pengubahan status
dalam proses konversi.
Proses
afiksasi dibedakan atas prefiksasi yaitu proses pembubuhan prefiks, konfiksasi
yakni proses pembubuhna konfiks, sufiksasi yakni proses pembubuhan sufiks dan
infikssasi yaitu proses pembubuhan infiks.
Proses prefiksasi dilakukan oleh prefiks ber-, me-, di-, ter-, ke-, dan se-. Infiksasi dilakukan oleh –el-, -em-, -er-. Sufiksasi dilakukan oleh sufiks –an, -kan, dan –i.
Sedangkan konfiksasi dilkukan konfiks pe-an,
per-an, ke-an, se-nya, dan ber-an.
Alat
pembentuk kata berikutnya adalah
pengulangan bentuk dasar yang digunakan dala proses reduplikasi. Hasil
proses reduplikasi disebut kata ulang. Secara umum dikenal ada tigga macam
pengulangan , yaitu pengulangan secara utuh, pengulangan dengan pengubahan
bunyi vokal maupun konsonan dan pengulangn sebagian.
Alat
pembentuk kata selanjutnya adalah penggabungan sebuah bentuk dasar yang ada dalam
proses komposisi, hasilnya adalah kata majemuk. Alat pembentuk kata selanjutnya
adalah abreviasi yang digunakan dalam proses akronimisasi. Alat pembentuk kata
berikutnya adalah pengubahan status dalam proses yang disebut konversi. Misalnya
bentuk gunting yang berkategori nomina dalam kalimat gunting itu terbuat dari baja dapat diubah statusnya menjadi verba
dalam kalimat gunting dulu baik-baik
nanti baru di lem.
3.
Hasil Proses Pembentukan
Proses
morfologi mempunyai dua hasil yaitu bentuk dan makna gramatikal. Makna
gramatikla merupakan isi dari wujud
fisik atau bentuk itu. Wujud fisik dari
proses afiksasi adalah kata berafiks (berimbuhan). Wujud fisik dari reduplikasi
adalah kata ulang atau disebut juga bentuk ulang. Wujud fisisk dari hasil
komposisi kata gabung sidebut juga gabungan kata atau kata majemuk.
4.
Makna Grmatikal
Dalam
sematik secara umum dikenal adanya makna
leksikal, makna gramatikal, makan kontekstual dan makna idiomatikal.
Makna
leksikal adalah makna yang secara inheren dimiliki oleh setiap bentuk dasar
(morfem dasar atau akar). Makna gramatikal adalah makna yang muncul akibat
proses morfologis maupun proses sintaksis. Setiap makna gramatikal dari proses
morfologi akan menampakkan makna /bentuk dasarnya seperti sate ayam dan sate padang yang
bermakna sate yang bahannya daging ayam, dan sate yang berasal dari padang, berdasi bermakna memakai dasi, berkuda mengendarai kuda dsb. Makna
kontekstual adalah makna kata berdasarkan konteksnya. Misalnya konteks kalimat atau konteks situasi.
Makna idiomatikal adalah makna yang tidak ada hubungannya dengan makna leksikal
maupun makna gramatikal dari unsur-unsur pembentuknya. Misalnya meninggal yang harusnya
bermakna melakukan tinggal, tetapi meninggal berarti mati gugur atau wafat.
Menggalakkan yang harusnya melakukan hal membuat jadi galak, tetapi bermakna
menggiatkan.