Selasa, 27 November 2012

Morfologi (pertemuan 6, 7)


Identitas Mata Kuliah
Nama Mata Kuliah            : Morfologi Bahasa Indonesia
Smester/SKS                    :  Ind III (Ganjil) /3 SKS
Kode Mata Kuliah            :  MKK 11311
Semester                           :  III (Ganjil)
Program Studi                   :  Pend. Bahasa dan Sastra  Indonesia
Dosen pengampu              : Afif Rofii
Pertemuan ke                    :  6
Jenis Kata
A.   Tata Bahasa Tradisional
Dalam tata bahasa tradisional kelas kata dapat dikelompokkan  sebagai berikut:
1)      Kata benda (nomina)
Kata benda adalah nama dari semua benda atau yang dibendakan.
Misalnya: tuhan, angin, buku, rumah batu dan sebagainya.
2)      Kata kerja (verba)
Kata kerja adalah semua kata yang menyatakan perbuatan atau laku.
Misalnya: membaca, mandi,  makan, bicara, mencium, mengambil dan sebagainya.
3)      Kata sifat (ajektiva)
Kata sifat adalah kata yang menyatakan sifat atau hal keadaan sebuah benda/ sesuatu.
Misalnya: besar, baru, tinggi, baik, ganteng, cantik, mahal dan sebagainya.
4)      Kata ganti (pronomina)
Kata ganti adalah kata yang dipakai untuk menggantikan kata benda atau yang dibendakan.
Misalnya: ini, itu, mereka, sesuatu, masing-masing, dia, kamu, kalian dan sebagainya.

5)      Kata keterangan (adverbial)
Kata keterangan adalah kata yang memberikan keterangan tentang kata kerja, kata sifat, kata bilangan atau seluruh kalimat.
Misalnya: pelan-pelan, cepat, kemarin, tadi dan sebagainya.
6)      Kata bilangan atau (numeralia)
Kata bilangan adalah kata yang menyatakan jumlah benda atau jumlah kumpulan atau urutan tempat nama-nama benda.
Misalnya: seribu, seratus, pertama, berdua, bertiga banyak dan sebagainya.
7)      Kata penghubung (konjungsi)
Kata penghubung adalah kata yang menghubungkan kata-kata  bagian kalimat, atau menghubungkan kalimat-kalimat.
Misalnya: dan, lalu, meskipun sungguhpun, ketika, jika dan sebagainya.
8)      Kata depan (preposisi)
Kata depan adalah kata yang menerangkan kata atau bagian kalimat.
Misalnya: di, ke, dari,  daripada, kepada.
9)      Kata sandang (artikel)
Kata sandang adalah kata yang berfungsi menentukan kata benda atau membendakan suatu kata.
Misalnya: si, sang, yang
10)  Kata seru (interjeksi)
Kata seru adalah kata (yang sebenarnya sudah menjadi kalimat) untuk mengucapkan perasaan.
Misalnya: aduh, wah, eh, oh, astaga dan sebagainya.
B.  Menurut Kridalaksana
Dalam  bukunya Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia, membagi kata-kata dalam tiga belas kelompok yaitu:
1)      Verba (kata kerja)
Sebuah kata dapat dikatakan berkategori verba hanya dalam perilakunya dalam frase, yakni dalam hal kemungkinannya satuan itu di damping partikel tidak dalam kontruksi dan dalam hal tidak dapat didampingi satuan itu dengan partikel di, ke, dari, atau dengan partikel seperti sangat, lebih dan agak.
Verba dibedakan menjadi dua yaitu verba dasar dan verba turunan (berafiks, reduplikasi, verba berproses gabung).
Misalnya: duduk, makan, menulis, ditulis, bernyanyi, terpikirkan dan sebagainya.
2)      Ajektiva (kata sifat)
Ajektiva adalah kategori kata yang ditandai oleh kemungkinannya untuk 1) bergabung dengan partikel tidak, 2) mendampingi nomina atau 3) di damping oleh lebih, sangat, agak, 2) berciri morfologis -er, -if dan –i, 5) dibentuk  menjadi nomina dengan konfiks (ke-an). Ajektiva dibedakan menjadi dua yaitu ajektiva dasar dan ajektiva turunan.
Misalnya: adil, berat, cantik, panjang, alami, abadi, duniawi dan sebagainya.
3)      Nomina (kata benda)
Nomina adalah kategori kata yang secara sintaksis 1) tidak mempunyai potensi untuk bergabung dengan partikel tidak, 2) mempunyai potensi untuk didahului partikel dari. Berdasarkan bentuknya nomina dibedakan atas: 1) nomina dasar, 2) nomina turunan, 3) nomina paduan leksem 4) nomina paduan leksen gabungan.
Misalnya: batu, udara, keuangan, rumah-rumah, Jepang, utara dan sebagainya.
4)      Pronomina (kata ganti)
Pronominal adalah kategori yang  berfungsi untuk menggantikan nomina. Apa yang digantikan itu disebut anteseden. Kategori ini tidak bisa berafiks, tetapi beberapa diantaranya bisa direduplikasi.
Misalnya: aku, kamu, dia mereka, sesuatu, sendiri dan sebaginya
5)      Numeralia (kata bilangan)
Numeralia adalah kategori yang dapat 1) mendampingi nomina dalam konstruksi sintaksis, 2) mempunyai potensi untuk mendampingi numeralia lain, dan 3) tidak dapat bergabung dengan tidak atau dengan sangat.
Misalnya: dua, dua pertiga, kesatu, perempatan, pertama, dan sebagainya.
6)      Adverbia (kata keterangan)
Adverbia adalah kategori yang dapat mendampingi ajektiva, numeralia, atau preposisi dalam konstruksi sintaksis. Adverbia dibedakan menjadi adverbia dasar, turunan, adverbia deverbal gabungan, adeverbia de-adjectival gabungan, gabungan proses.
Misalnya: belum, agak, pernah, sering, sungguh, masih dan sebagainya.
7)      Interogativa (kata tanya)
Interogativa adalah kategori dalam kalimat interogatif yang berfungsi menggantikan sesuatu yang ingin diketahui oleh pembicara atau mengukuhkan apa yang telah diketahui pembicara.
Misalnya: apakah, apa, kenapa, mengapa, siapa dan sebagainya.
8)      Demonstrativa
Demonstrativa adalah kategori yang berfungsi untuk menunjukkan sesuatu di dalam maupun diluar wacana. Sesuatu itu disebut anteseden.
Misalnya: ini, itu, di sini, di situ, begitu, sekian, demikian, sebagai berikut dan sebagainya.
9)      Artikula
Artikla dalam bahasa Indonesia adalah kategori yang mendampingi nomina dasar (misalnya si kancil), nomina deverbal (misalnya si terdakwa) pronominal (misalnya si dia), dan verba pasif (misalnya kaum tertindas).
Mislanya: si, sang, yang, kaum, para, umat dan sebagainya.
10)  Preposisi (kata depan)
Preposisi adalah kategori yang terletak di depan kategori lain  (terutama nomina).
Misalnya: di, ke, dari.
11)  Konjungsi (kata penghubung)
Konjungsi adalah kategori yang berfungsi untuk meluaskan satuan yang lain dalam konstruksi hipotaktis dan selalu menghubungkan dua satuan atau lebih dalam konstruksi.
Misalnya: dan, tetapi, agar, ketika, jika dan sebagainya.
12)  Kategori fatis
Kategori fatis adalah kategori yang bertugas memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan  komunikasi antara pembicara dan kawan bicara. Kelas kata ini biasanya terdapat dalam konteks dialog atau wawancara bersambutan yaitu kata-kata yang diucapkan oleh pembicara dan kawan bicara.
Kategori fatis meliputi partikel dan kata fatis dan frase fatis.
Misalnya: deh, dong, -lah, tah, sih, selamat pagi, selamat tidur, dengan hormat dan sebagainya.
13)  Interjeksi (kata seru)
Interjeksi adalah kategori yang bertugas mengungkapkan perasaan pembicara, dan secara sintaksis tidak berhubungan dengan kata-kata lain dalam ujaran.
Mislanya: aduh, ah, oh, amboi, ih cih, sip, wah dan sebagianya.

***

























Identitas Mata Kuliah
Nama Mata Kuliah            : Morfologi Bahasa Indonesia
Smester/SKS                     :  Ind III (Ganjil) /3 SKS
Kode Mata Kuliah             :  MKK 11311
Semester                           :  III (Ganjil)
Program Studi                   :  Pend. Bahasa dan Sastra  Indonesia
Dosen pengampu              : Afif Rofii
Pertemuan ke                    :  7
Proses Pembentukan Kata
Proses pembentukan kata melibatkan komponen-komponen berikut ini:
1)      Bentuk dasar
2)      Alat pembentuk  (afiksasi, reduplikasi, komposisi, akronimisasi, dan konversi)
3)      Makna gramatikal
4)      Hasil proses pembentukan

1). Bentuk dasar
Bentuk dasar adalah bentuk yang kepadanya dilakukan proses morfologi. Bentuk  dasar dapat berupa akar seperti baca, pahat, dan juang pada membaca, memahat dan berjuang. Dapat juga polimorfemis seperti bentuk bermakna, berlari dan jual beli, pada kata kebermaknaan, berlari-lari dan berjual beli.

Dalam proses reduplikasi bentuk dasar dapat berupa akar seperti akar rumah pada kata rumah-rumah dapat juga berupa kata berimbuhan  seperti menembak pada kata menembak-nembak. Dalam proses komposisi dapat berupa akar misalnya sate pada kata sate padang, sate lontong, halaman pada kata kampung halaman.

2). Pembentuk kata
Alat pembentuk kata dalam morfologi adalah : a) afiks dalam proses afiksasi, b) pengulangan dalam proses reduplikasi, c) penggabungan dalam proses komposisi, d) pemendekan atau penyingkatan dalam proses akronimisasi dan pengubahan status dalam proses konversi.

Proses afiksasi dibedakan atas prefiksasi yaitu proses pembubuhan prefiks, konfiksasi yakni proses pembubuhna konfiks, sufiksasi yakni proses pembubuhan sufiks dan infikssasi yaitu proses pembubuhan infiks.  Proses prefiksasi dilakukan oleh prefiks ber-, me-, di-, ter-, ke-, dan se-. Infiksasi dilakukan oleh –el-, -em-, -er-. Sufiksasi  dilakukan oleh sufiks –an, -kan, dan –i. Sedangkan konfiksasi dilkukan konfiks pe-an, per-an, ke-an, se-nya, dan ber-an.

Alat pembentuk kata berikutnya adalah  pengulangan bentuk dasar yang digunakan dala proses reduplikasi. Hasil proses reduplikasi disebut kata ulang. Secara umum dikenal ada tigga macam pengulangan , yaitu pengulangan secara utuh, pengulangan dengan pengubahan bunyi vokal maupun konsonan dan pengulangn sebagian.

Alat pembentuk kata selanjutnya adalah penggabungan sebuah bentuk dasar yang ada dalam proses komposisi, hasilnya adalah kata majemuk. Alat pembentuk kata selanjutnya adalah abreviasi yang digunakan dalam proses akronimisasi. Alat pembentuk kata berikutnya adalah pengubahan status dalam proses yang disebut konversi. Misalnya bentuk gunting yang berkategori nomina dalam kalimat gunting itu terbuat dari baja dapat diubah statusnya menjadi verba dalam kalimat gunting dulu baik-baik nanti baru di lem.

3. Hasil Proses Pembentukan
Proses morfologi mempunyai dua hasil yaitu bentuk dan makna gramatikal. Makna gramatikla merupakan isi dari  wujud fisik  atau bentuk itu. Wujud fisik dari proses afiksasi adalah kata berafiks (berimbuhan). Wujud fisik dari reduplikasi adalah kata ulang atau disebut juga bentuk ulang. Wujud fisisk dari hasil komposisi kata gabung sidebut juga gabungan kata atau kata majemuk.


4. Makna Grmatikal
Dalam sematik  secara umum dikenal adanya makna leksikal, makna gramatikal, makan kontekstual dan makna idiomatikal.
Makna leksikal adalah makna yang secara inheren dimiliki oleh setiap bentuk dasar (morfem dasar atau akar). Makna gramatikal adalah makna yang muncul akibat proses morfologis maupun proses sintaksis. Setiap makna gramatikal dari proses morfologi akan menampakkan makna /bentuk dasarnya seperti sate ayam dan sate padang yang bermakna sate yang bahannya daging ayam, dan sate yang berasal dari padang, berdasi bermakna memakai dasi, berkuda mengendarai kuda dsb. Makna kontekstual adalah makna kata berdasarkan konteksnya.  Misalnya konteks kalimat atau konteks situasi. Makna idiomatikal adalah makna yang tidak ada hubungannya dengan makna leksikal maupun makna gramatikal dari unsur-unsur pembentuknya. Misalnya meninggal yang harusnya bermakna melakukan tinggal, tetapi meninggal berarti mati gugur atau wafat. Menggalakkan yang harusnya melakukan hal membuat jadi galak, tetapi bermakna menggiatkan.









Selasa, 20 November 2012

Morfologi (pertemuan ke 4 dan ke 5)


Identitas Mata Kuliah
Nama Mata Kuliah            : Morfologi Bahasa Indonesia
Smester/SKS                     :  Ind III (Ganjil) /3 SKS
Kode Mata Kuliah             :  MKK 11311
Semester                           :  III (Ganjil)
Program Studi                   :  Pend. Bahasa dan Sastra  Indonesia
Dosen pengampu              :  Afif Rofii
Pertemuan ke                    :  4

Pengayaan
1.      Objek Kajian Morfologi adalah seluk beluk bentuk kata yang meliputi : morfem, kata, proses morfologis meliputi (bentuk dasar, alat pembentuk (afiks, duplikasi, komposisi, akromisasi dan konversi), makna grmatikal.
2.      Model dan teknik analisa morfologi:
a.       Teknik analisis bawahan langsung (Immediate Constituent Analisys)
Teknik ini menyatakan bahwa setiap satuan bahasa (yang bukan akar) terdiri atas dua unsur langsung yang membangun unsur bahasa itu.
Misalnya pekerja terdiri dari unsur langsung  pe- dan kerja, makanan terdiri dari makan dan –an. Dalam melakukan analisis dengan teknik ini perlu diperhatikan makna dari bentuk tersebut. Misalnya berpakaian unsur langsungnya adalah ber- dan pakaian. Mengapa?  karena makna berpakaian adalah mengenakan pakaian. Lalu bentuk pakaian unsur langsungnya pakai dan –an.

ber             pakai               an

 


bentuk membacakan dapat dianalisis atas unsur langsung me- dan bacakan, namun, menurut makna dan urutan pembentuknya, unsur-unsur langsungnya me- dan bacakan. Jadi –kan lebih dahulu diimbuhkan pada akar baca menjadi bacakan, baru kemudian diimbuhkan me- sehingga menjadi membacakan.

b.      Model kata dan paradigma (Word and Paradigma Model)
Dalam model ini yang dijadikan satuan dasar adalah kata, dan unsur-unsur kata yakni morfem.
Contohnya kata pembaca disajikan bersama kata-kata lain yang mengandung bentuk-bentuk yang mirip
pembaca
membaca
bacaan
terbaca
pembacan

c.       Model tata nama (Name and Process Model).
Dalam model ini disajikan unsur-unsur gramatikal, yakni morfem serta diperlihatkan bagaimana hubungannya diantara unsur-unsur itu.
Contohnya kata pembaca, terjadi dari morfem pe- dan morfem baca, kata bacaan terjadi dari morfem baca dan –an.
d.      Model proses (Name and Prosess Model)
Dalam proses ini bentuk kompleks diakui terjadi sebagai hasil suatu proses yang melibatkan dua buah komoponen yaitu komponen dasar dan proses. Contohnya kata pembaca dasarnya adalah baca dan prosesnya adalah prefiksasi dengan prefiks pe- dan pada kata pembacaan dasarnya adalah baca dengan prosesnya konfiksasi dengan konfiks pe-an.

3.      Identifikasi morfem ( menurut Abdul Chaer)
a.       Dua bentuk yang sama atau memiliki makna yang sama merupakan sebuah morfem. Misalnya kata bulan pada contoh berikut ini:
- Bulan depan dia akan menikah
- Sudah  tiga bulan dia belum membayar uang SPP.

b.      Dua bentuk yang sama atau bila memiliki makna yang berbeda merupakan dua morfem yang berbeda.
Misalnya kata bunga pad contoh  berikut ini:
-          Bank Indonesia memberikan bunga 5% pertahun
-          Dia datang membawa seikat bunga.

c.       Dua buah bentuk yang berbeda, tetapi memiliki makna yang sama, merupakan dua morfem yang berbeda. Misalnya kata ayah dan kata bapak  dalam kalimat ini  adalah dua morfem yang berbeda
-          Ayah pergi ke Medan
-          Bapak baru pulang dari Medan
d.      Bentuk-bentuk yang mirip (berbeda sedikit) tetapi maknanya  sama adalah sebuah morfem yang sama asal perbedaan bentuk itu dapat dijelaskan secara fonologis. Mislanya bentuk me-, mem-, men-, meng-, dan menge-pada kata-kata berikut adalah sebuah morfem yang sama:
-          Melihat
-          Membina
-          Mendengar
-          Menyusul
-          Mengambil
-          Mengecat
e.       Bentuk yang hanya muncul dengan pasangn atau satu-satunya adalah juga sebuah morfem. Misalnya, renta pada konstruksi tua renta, kuyup pada konstruksi basah kuyup
f.       Bentuk yang muncul berulang-ulang pada satuan yang lebih besar, apanila memiliki makna yang sama adalah juga merupakan morfem yang sama. Mislanya bentuk baca pada kata-kata berikut:
-          membaca
-          pembaca
-          pembacaan
-          bacaan
-          terbaca
-          keterbacaan
g.      Bentuk yang muncul berulang-ulang pada satuan bahasa yang lebih besar (klausa atau kalimat) apabila maknanya berbeda secara polisemi adalah juga merupakan morfem yang sama. Misalnya kata kepala pada kalimat berikut ini
-          Ibunya menjadi kepala sekolah di sana
-          Nomor teleponnya tertera pada kepala surat itu
-          Setiap kepala mendapat bantuan sepuluh ribu rupiah.

***
3.2  JENIS MORFEM

1.      Berdasarkan kebebasannya untuk dapat digunakan langsung dalam pertuturan dibedakan adanya morfem bebas dan morfem terikat.
a.       Morfem bebas adalah morfem yang tanpa keterkaitannya denga morfem lain dapat langsung digunakan dalam pertuturan. Morfem bebas ini berupa morfem dasar.
Misalnya pulang, meja, pergi, merah, besar dsb.

b.      Morfem terikat adalah morfem yang harus terlebih dahulu bergabung dengan morfem lain untuk dapat dipergunakan dalam pertuturan. Afiks dalam bahasa Indonesia adalah morfem terikat. Tetapi adaj uga morfem terikat yang berupa morfem dasar, seperti henti, juang, dan sebagainya. Berkenaan dengan morfem dasar terikat perlu dikemukakan catatan sebagai berikut:
-          Bentuk dasar terikat seperti gaul, juang, dan henti lazim juga disebut bentuk prakategorial karena bentuk bentuk tersebut belum memiliki kategori sehingga tidak dapat dipergunakan dalam tuturan.
-          Bentuk-bentuk seperti beli, baca, dan tulis, dikelompokkan ke dalam kelompok prakategorial  karena sebelum digunakan dalam kalimat harus terlebih dahulu diberi  me-, di-, atau ter-.
-          Bentuk-bentuk seperti renta, kerontang dan kuyup adalah juga morfem terikat yang dikenal dengan sebutan morfem unik.
-          Bentuk-bentuk yang disebut klitika merupakan morfem yang agak sukar ditentukan statusnya apakah morfem bebas atau morfem terikat. Kemunculannya dalam pertuturan selalu melekat dengan morfem lain tetapi dapat dipisahkan. Misalnya klitika –ku dalam konstruksi bukuku dapat dipisahkan sehingga menjadi buku baruku
-          Bentuk-bentuk yang termasuk preposisi dan konjungsi seperti dan, oleh, di karena, merupakan bentuk bebas dalam morfologi tetapi merupakan bentuk terikat secara sintaksis.
-          Bentuk-bentuk proleksem seperti a pada asusila, dwi pada dwibahasa, dan ko pada kopilot  merupakan morfem terikat.
2.      Berdasarkan keutuhan bentuknya dibedakan adanya morfem utuh dan morfem terbagi
-          Morfem utuh secara fisik merupakan satu kesatuan yang utuh. Semua morfem dasar baik bebas maupun terikat serta prefiks, infiks dan sufiks termasuk morfem utuh.
-          Morfem terbagi adalah morfem yang fisiknya terbagi atau disisipi morfem lain. Karena itu semua konfiks merupakan morfem terbagi (pe-an, ke-an, per-an)
3.      Berdasarkan kemungkinannya menjadi dasar dalam pembentukan kata dibedakan menjadi morfem dasar dan morfem afiks.
-          Morfem dasar adalah morfem yang dapat menjadi dasar dalam suatu proses morfologi. Misalnya morfemm beli, makan, merah. Namun perlu diingat bentuk dasar yang termasuk dalam kategori preposisi  tidak pernah mengalami proses morfologis.
-          Morfem afiks adalah morfem yang tidak pernah menjadi dasar dalam proses morfologis. Mislanya me-, -kan,  pe-an dan sebagainya.
4.      Berdasarkan jenis fonem pembentuknya dibedakan adanya morfem segmental dan morfem nonsegmental
-          Morfem segmental adalah morfem yang dibentuk oleh fonem-fonem segmental. Morfem segmental adalah morfem yang  berupa bunyi dan dapat disegmentasikan  mislanya lihat, ter-, sikat dan sebagainya.
-          Morfem suprasegmental adalah morfem yang terbetuk dari nada, tekanan, durasi dan intonasi. Dalam bahasa Indonesia tidak ditemukan morfem suprasegmental.
5.      Berdasarkan kehadirannya secara konkret dibedakan adanya morfem wujud dan tanwujud.
-          Morfem wujud adalah morfem yang secara nyata ada.
-          Morfem tanwujud adalah morfem yang kehadirannya tidak nyata. Morfem tanwujud ini tidak ada dalam bahasa Indonesia.
6.      Berdasarkan ciri semantic dibedakan adanya morfem bermakna leksikal dan morfem tak bermakna leksikal.
-          Morfem bermakna leksikal karena di dalam dirinya secara inheren telah memiliki makna. Semua morfem dasar bebas termasuk morfem bermakna leksikal.
-          Morfem tak bermakna leksikal morfem yang tidak mempunyai makna  sendiri. Semua afiks adalah morfem tak bermakna leksikal.

I.       Morfem Dasar, Bentuk Dasar, Pangkal (Stem), Akar dan Leksem

a.       Morfem dasar adalah morfem yang menjadi dasar pembentukan kata kompleks.
Contoh: beli, juang, kucing dsb.
Morfem dasar dapat menjadi bentuk dasar atau dasar (base) dalam suatu proses morfologi. Artinya diberi afiks tertentu dalam proses afiksasi, dapat diulang dalam proses reduplikasi atau dapat digabung dengan morfem lain dalam suatu proses komposisi atau  pemajemukan.

b.      Bentuk dasar atau  dasar (base) adalah sebuah bentuk yang menjadi dasar dalam suatu proses morfologi bentuk dasar ini dapat berupa morfem tunggal dapat juga berupa gabungan morfem. Misalnya dalam kata berbicara yang terdiri dari morfem ber- dan morfem bicara, maka morfem bicara menjadi bentuk dasar kebetulan juga menjadi morfem dasar. Contoh lain keanekaragaman  bentuk dasarnya adalah aneka ragam. Morfem dasar nya adalah morfem aneka dan morfem ragam.
c.       Pangkal atau stem adalah bentuk  dasar dalam proses pembentukan kata inflektif atau pembubuhan afiks inflektif. Dalam bahasa Indonesia pembentkan kata inflektif hanya terjadi pada proses verba transitif yakni verba yang berprefiks me-. Misalnya membeli, pangkalnya adalah beli, mendaratkan pangkalnya adalah daratkan, menangisi pangkalnya adalah tangisi.
d.      Akar (root) adalah bentuk yang tidak dapat dianalisis lebih jauh lagi, atau dengan kata lain akar adalah bentuk yang tersisa setelah semua afiks ditanggalkan. Misalnya kata memberlakukan setelah semua afiks me-, ber-,-kan, ditanggalkan hanya tersisa akar laku.
e.       Leksem dipakai dalam dua kajian biang ilmu yaitu morfologi dan semantik. Dalam morfologi leksem bermakna konsep atau bentuk yang akan menjadi kata atau bahan baku pembentuk kata dalam proses morfologis.leksem ditulis dengan huruf kapital semua. Misalnya leksem k yang akan membentu kata memukul, dipukul, terpukul, pukulan, pemukul dsb.
f.       Dalam bidang semantik leksem adalah satuan bahasa yang memiliki sebuah makna. Misalnya kucing, matahari, membanting tulang adalah leksem.
3.3  Morfem Afiks
Morfem afiks adalah morfem yang tidak dapat menjadi dasar dalam pembentukan kata, tetapi hanya menjadi unsur pembentuk dalam proses afiksasi:
1.)    Prefiks  (awalan) yaitu afiks yang dibubuhkan di kiri bentuk dasar, yaitu prefiks ber-, me-, per-, di-, ter-, se-, dan ke-.
2.)    Infiks  (sisipan) yaitu afiks yang dibubuhkan di tengah bentuk dasar, biasanya pada suku awak kata, infiks yaitu –el-, -em-,-er-.
3.)    Sufiks (akhiran) adalah afiks yang dibubuhkan di kanan bentuk dasar. sufiks yaitu –kan, -i, -an, -nya.
4.)    Konfiks yaitu afiks yang dibubuhkan di kiri dan di kanan bentuk dasar secara bersamaan karena konfiks merupakan satu kesatuan afiks. Konfiks meliputi: ke-an, ber-an, pe-an, per-an, se-nya.
5.)    Simulfiks (atau gabungan afiks) yaitu kata yang dibubuhi afiks pada kiri dan kanannya tetapi pembubuhannya tidak sekaligus melainkan bertahap. simulfiks meliputi: me-kan, me-I, memper- memper-kan, memper-i, ber-kan, di-kan, di-i, di-per, diper-kan, ter-I, ter-per-, terper-kan, ter-per-i,
6.)    Klofiks adalah afiks nasal dalam ragam nonbaku. Klofiks  meliputi: m-, n-, ny-, ng-, dan nge-. Contoh nulis, nyisir, ngambil dan ngecat.

Identitas Mata Kuliah
Nama Mata Kuliah            : Morfologi Bahasa Indonesia
Smester/SKS                     :  Ind III (Ganjil) /3 SKS
Kode Mata Kuliah             :  MKK 11311
Semester                           :  III (Ganjil)
Program Studi                   :  Pend. Bahasa dan Sastra  Indonesia
Dosen pengampu              :  Afif Rofii
Pertemuan ke                    :  5

IV. PROSES MORFOLOGIS
            Menurut Abdul Chaer “Proses morfologis adalah proses pembentukan kata dari sebuah bentuk dasar melalui pembubuhan afiks, (dalam proses afiksasi), pengulangan (dalam proses reduplikasi) penggabungan ( dalam proses komposisi), pemendekan (dalam proses akronimisasi) dan perubahan status (dalam proses konversi)” (Chaer 2008: 25).

            Samsuri (1982:190) menuliskan bahwa proses morfologis itu ada lima macam, yakni: (1) afiksasi, (2) reduplikasi, (3) perubahan intern, (4) suplisi, dan (5) modifikasi kosong.
Sedangkan Verhaar (1984:64) dan Ramlan (1983:46) menambahkan satu lagi yaitu komposisi atau pemajemukan. Keenam proses morfologis tersebut terjadi pada bahasa-bahasa yang ada di dunia

Kridalaksana, 1989: 12) proses morfologis  meliputi  (1) derivasi zero, (2) afikssai (3), reduplikasi (4) abreviasi (pemendekan), (5) komposisi (perpaduan), (6) derivasi balik, (7) metanalisis.

1)      Derivasi Zero, proses pembentukan kata tanpa mengalami perubahan apa-apa.  Dalam  proses ini leksem menjadi kata tunggal tanpa perubahan apa-apa.
2)      Afiksasi, proses pembentukan kata dengan pembubuhan afiks. Dalam proses ini leksem berubah menjadi kata kompleks.
3)      Reduplikasi, proses pembentukan kata dengan cara pengulangan. Dalam proses ini leksem berubah menjadi kata kompleks dengan beberapa macam proses pengulangan.
4)      Abreviasi (pemendekan) proses pembentukan kata dengan cara menanggalkan beberapa unsur leksem. Dalam proses ini leksem atau gabungan leksem menjadi kata kompleks atau akronim atau singkatan dengan berbagai proses abreviasi.
5)      Komposisi atau perpaduan, proses pembentukan kata dengan cara menggabungkan beberapa  leksem menjadi kata kompleks. Dalam proses ini dua leksem atau berpadu dan outputnya adalah paduan leksem atau kompositum (morfologi) atau kata majemuk (sintaksis)
6)      Derivasi balik dan metanalisis, dalam proses ini inputhya leksem tunggal dan outputnya kata kompleks. Kejadiannya seperti proses afiksasi.