Selasa, 27 November 2012

Morfologi (pertemuan 6, 7)


Identitas Mata Kuliah
Nama Mata Kuliah            : Morfologi Bahasa Indonesia
Smester/SKS                    :  Ind III (Ganjil) /3 SKS
Kode Mata Kuliah            :  MKK 11311
Semester                           :  III (Ganjil)
Program Studi                   :  Pend. Bahasa dan Sastra  Indonesia
Dosen pengampu              : Afif Rofii
Pertemuan ke                    :  6
Jenis Kata
A.   Tata Bahasa Tradisional
Dalam tata bahasa tradisional kelas kata dapat dikelompokkan  sebagai berikut:
1)      Kata benda (nomina)
Kata benda adalah nama dari semua benda atau yang dibendakan.
Misalnya: tuhan, angin, buku, rumah batu dan sebagainya.
2)      Kata kerja (verba)
Kata kerja adalah semua kata yang menyatakan perbuatan atau laku.
Misalnya: membaca, mandi,  makan, bicara, mencium, mengambil dan sebagainya.
3)      Kata sifat (ajektiva)
Kata sifat adalah kata yang menyatakan sifat atau hal keadaan sebuah benda/ sesuatu.
Misalnya: besar, baru, tinggi, baik, ganteng, cantik, mahal dan sebagainya.
4)      Kata ganti (pronomina)
Kata ganti adalah kata yang dipakai untuk menggantikan kata benda atau yang dibendakan.
Misalnya: ini, itu, mereka, sesuatu, masing-masing, dia, kamu, kalian dan sebagainya.

5)      Kata keterangan (adverbial)
Kata keterangan adalah kata yang memberikan keterangan tentang kata kerja, kata sifat, kata bilangan atau seluruh kalimat.
Misalnya: pelan-pelan, cepat, kemarin, tadi dan sebagainya.
6)      Kata bilangan atau (numeralia)
Kata bilangan adalah kata yang menyatakan jumlah benda atau jumlah kumpulan atau urutan tempat nama-nama benda.
Misalnya: seribu, seratus, pertama, berdua, bertiga banyak dan sebagainya.
7)      Kata penghubung (konjungsi)
Kata penghubung adalah kata yang menghubungkan kata-kata  bagian kalimat, atau menghubungkan kalimat-kalimat.
Misalnya: dan, lalu, meskipun sungguhpun, ketika, jika dan sebagainya.
8)      Kata depan (preposisi)
Kata depan adalah kata yang menerangkan kata atau bagian kalimat.
Misalnya: di, ke, dari,  daripada, kepada.
9)      Kata sandang (artikel)
Kata sandang adalah kata yang berfungsi menentukan kata benda atau membendakan suatu kata.
Misalnya: si, sang, yang
10)  Kata seru (interjeksi)
Kata seru adalah kata (yang sebenarnya sudah menjadi kalimat) untuk mengucapkan perasaan.
Misalnya: aduh, wah, eh, oh, astaga dan sebagainya.
B.  Menurut Kridalaksana
Dalam  bukunya Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia, membagi kata-kata dalam tiga belas kelompok yaitu:
1)      Verba (kata kerja)
Sebuah kata dapat dikatakan berkategori verba hanya dalam perilakunya dalam frase, yakni dalam hal kemungkinannya satuan itu di damping partikel tidak dalam kontruksi dan dalam hal tidak dapat didampingi satuan itu dengan partikel di, ke, dari, atau dengan partikel seperti sangat, lebih dan agak.
Verba dibedakan menjadi dua yaitu verba dasar dan verba turunan (berafiks, reduplikasi, verba berproses gabung).
Misalnya: duduk, makan, menulis, ditulis, bernyanyi, terpikirkan dan sebagainya.
2)      Ajektiva (kata sifat)
Ajektiva adalah kategori kata yang ditandai oleh kemungkinannya untuk 1) bergabung dengan partikel tidak, 2) mendampingi nomina atau 3) di damping oleh lebih, sangat, agak, 2) berciri morfologis -er, -if dan –i, 5) dibentuk  menjadi nomina dengan konfiks (ke-an). Ajektiva dibedakan menjadi dua yaitu ajektiva dasar dan ajektiva turunan.
Misalnya: adil, berat, cantik, panjang, alami, abadi, duniawi dan sebagainya.
3)      Nomina (kata benda)
Nomina adalah kategori kata yang secara sintaksis 1) tidak mempunyai potensi untuk bergabung dengan partikel tidak, 2) mempunyai potensi untuk didahului partikel dari. Berdasarkan bentuknya nomina dibedakan atas: 1) nomina dasar, 2) nomina turunan, 3) nomina paduan leksem 4) nomina paduan leksen gabungan.
Misalnya: batu, udara, keuangan, rumah-rumah, Jepang, utara dan sebagainya.
4)      Pronomina (kata ganti)
Pronominal adalah kategori yang  berfungsi untuk menggantikan nomina. Apa yang digantikan itu disebut anteseden. Kategori ini tidak bisa berafiks, tetapi beberapa diantaranya bisa direduplikasi.
Misalnya: aku, kamu, dia mereka, sesuatu, sendiri dan sebaginya
5)      Numeralia (kata bilangan)
Numeralia adalah kategori yang dapat 1) mendampingi nomina dalam konstruksi sintaksis, 2) mempunyai potensi untuk mendampingi numeralia lain, dan 3) tidak dapat bergabung dengan tidak atau dengan sangat.
Misalnya: dua, dua pertiga, kesatu, perempatan, pertama, dan sebagainya.
6)      Adverbia (kata keterangan)
Adverbia adalah kategori yang dapat mendampingi ajektiva, numeralia, atau preposisi dalam konstruksi sintaksis. Adverbia dibedakan menjadi adverbia dasar, turunan, adverbia deverbal gabungan, adeverbia de-adjectival gabungan, gabungan proses.
Misalnya: belum, agak, pernah, sering, sungguh, masih dan sebagainya.
7)      Interogativa (kata tanya)
Interogativa adalah kategori dalam kalimat interogatif yang berfungsi menggantikan sesuatu yang ingin diketahui oleh pembicara atau mengukuhkan apa yang telah diketahui pembicara.
Misalnya: apakah, apa, kenapa, mengapa, siapa dan sebagainya.
8)      Demonstrativa
Demonstrativa adalah kategori yang berfungsi untuk menunjukkan sesuatu di dalam maupun diluar wacana. Sesuatu itu disebut anteseden.
Misalnya: ini, itu, di sini, di situ, begitu, sekian, demikian, sebagai berikut dan sebagainya.
9)      Artikula
Artikla dalam bahasa Indonesia adalah kategori yang mendampingi nomina dasar (misalnya si kancil), nomina deverbal (misalnya si terdakwa) pronominal (misalnya si dia), dan verba pasif (misalnya kaum tertindas).
Mislanya: si, sang, yang, kaum, para, umat dan sebagainya.
10)  Preposisi (kata depan)
Preposisi adalah kategori yang terletak di depan kategori lain  (terutama nomina).
Misalnya: di, ke, dari.
11)  Konjungsi (kata penghubung)
Konjungsi adalah kategori yang berfungsi untuk meluaskan satuan yang lain dalam konstruksi hipotaktis dan selalu menghubungkan dua satuan atau lebih dalam konstruksi.
Misalnya: dan, tetapi, agar, ketika, jika dan sebagainya.
12)  Kategori fatis
Kategori fatis adalah kategori yang bertugas memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan  komunikasi antara pembicara dan kawan bicara. Kelas kata ini biasanya terdapat dalam konteks dialog atau wawancara bersambutan yaitu kata-kata yang diucapkan oleh pembicara dan kawan bicara.
Kategori fatis meliputi partikel dan kata fatis dan frase fatis.
Misalnya: deh, dong, -lah, tah, sih, selamat pagi, selamat tidur, dengan hormat dan sebagainya.
13)  Interjeksi (kata seru)
Interjeksi adalah kategori yang bertugas mengungkapkan perasaan pembicara, dan secara sintaksis tidak berhubungan dengan kata-kata lain dalam ujaran.
Mislanya: aduh, ah, oh, amboi, ih cih, sip, wah dan sebagianya.

***

























Identitas Mata Kuliah
Nama Mata Kuliah            : Morfologi Bahasa Indonesia
Smester/SKS                     :  Ind III (Ganjil) /3 SKS
Kode Mata Kuliah             :  MKK 11311
Semester                           :  III (Ganjil)
Program Studi                   :  Pend. Bahasa dan Sastra  Indonesia
Dosen pengampu              : Afif Rofii
Pertemuan ke                    :  7
Proses Pembentukan Kata
Proses pembentukan kata melibatkan komponen-komponen berikut ini:
1)      Bentuk dasar
2)      Alat pembentuk  (afiksasi, reduplikasi, komposisi, akronimisasi, dan konversi)
3)      Makna gramatikal
4)      Hasil proses pembentukan

1). Bentuk dasar
Bentuk dasar adalah bentuk yang kepadanya dilakukan proses morfologi. Bentuk  dasar dapat berupa akar seperti baca, pahat, dan juang pada membaca, memahat dan berjuang. Dapat juga polimorfemis seperti bentuk bermakna, berlari dan jual beli, pada kata kebermaknaan, berlari-lari dan berjual beli.

Dalam proses reduplikasi bentuk dasar dapat berupa akar seperti akar rumah pada kata rumah-rumah dapat juga berupa kata berimbuhan  seperti menembak pada kata menembak-nembak. Dalam proses komposisi dapat berupa akar misalnya sate pada kata sate padang, sate lontong, halaman pada kata kampung halaman.

2). Pembentuk kata
Alat pembentuk kata dalam morfologi adalah : a) afiks dalam proses afiksasi, b) pengulangan dalam proses reduplikasi, c) penggabungan dalam proses komposisi, d) pemendekan atau penyingkatan dalam proses akronimisasi dan pengubahan status dalam proses konversi.

Proses afiksasi dibedakan atas prefiksasi yaitu proses pembubuhan prefiks, konfiksasi yakni proses pembubuhna konfiks, sufiksasi yakni proses pembubuhan sufiks dan infikssasi yaitu proses pembubuhan infiks.  Proses prefiksasi dilakukan oleh prefiks ber-, me-, di-, ter-, ke-, dan se-. Infiksasi dilakukan oleh –el-, -em-, -er-. Sufiksasi  dilakukan oleh sufiks –an, -kan, dan –i. Sedangkan konfiksasi dilkukan konfiks pe-an, per-an, ke-an, se-nya, dan ber-an.

Alat pembentuk kata berikutnya adalah  pengulangan bentuk dasar yang digunakan dala proses reduplikasi. Hasil proses reduplikasi disebut kata ulang. Secara umum dikenal ada tigga macam pengulangan , yaitu pengulangan secara utuh, pengulangan dengan pengubahan bunyi vokal maupun konsonan dan pengulangn sebagian.

Alat pembentuk kata selanjutnya adalah penggabungan sebuah bentuk dasar yang ada dalam proses komposisi, hasilnya adalah kata majemuk. Alat pembentuk kata selanjutnya adalah abreviasi yang digunakan dalam proses akronimisasi. Alat pembentuk kata berikutnya adalah pengubahan status dalam proses yang disebut konversi. Misalnya bentuk gunting yang berkategori nomina dalam kalimat gunting itu terbuat dari baja dapat diubah statusnya menjadi verba dalam kalimat gunting dulu baik-baik nanti baru di lem.

3. Hasil Proses Pembentukan
Proses morfologi mempunyai dua hasil yaitu bentuk dan makna gramatikal. Makna gramatikla merupakan isi dari  wujud fisik  atau bentuk itu. Wujud fisik dari proses afiksasi adalah kata berafiks (berimbuhan). Wujud fisik dari reduplikasi adalah kata ulang atau disebut juga bentuk ulang. Wujud fisisk dari hasil komposisi kata gabung sidebut juga gabungan kata atau kata majemuk.


4. Makna Grmatikal
Dalam sematik  secara umum dikenal adanya makna leksikal, makna gramatikal, makan kontekstual dan makna idiomatikal.
Makna leksikal adalah makna yang secara inheren dimiliki oleh setiap bentuk dasar (morfem dasar atau akar). Makna gramatikal adalah makna yang muncul akibat proses morfologis maupun proses sintaksis. Setiap makna gramatikal dari proses morfologi akan menampakkan makna /bentuk dasarnya seperti sate ayam dan sate padang yang bermakna sate yang bahannya daging ayam, dan sate yang berasal dari padang, berdasi bermakna memakai dasi, berkuda mengendarai kuda dsb. Makna kontekstual adalah makna kata berdasarkan konteksnya.  Misalnya konteks kalimat atau konteks situasi. Makna idiomatikal adalah makna yang tidak ada hubungannya dengan makna leksikal maupun makna gramatikal dari unsur-unsur pembentuknya. Misalnya meninggal yang harusnya bermakna melakukan tinggal, tetapi meninggal berarti mati gugur atau wafat. Menggalakkan yang harusnya melakukan hal membuat jadi galak, tetapi bermakna menggiatkan.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar