Identitas Mata Kuliah
Nama Mata Kuliah : Morfologi Bahasa Indonesia
Smester/SKS : Ind III (Ganjil) /3 SKS
Kode Mata
Kuliah :
MKK 11311
Semester : III (Ganjil)
Program
Studi : Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia
Dosen pengampu : Afif Rofii
Pertemuan ke : 4
Pengayaan
1. Objek Kajian Morfologi adalah seluk
beluk bentuk kata yang meliputi : morfem, kata, proses morfologis meliputi
(bentuk dasar, alat pembentuk (afiks, duplikasi, komposisi, akromisasi dan
konversi), makna grmatikal.
2.
Model dan teknik
analisa morfologi:
a.
Teknik analisis bawahan langsung (Immediate Constituent Analisys)
Teknik ini menyatakan bahwa setiap satuan bahasa (yang bukan akar)
terdiri atas dua unsur langsung yang membangun unsur bahasa itu.
Misalnya pekerja terdiri dari
unsur langsung pe- dan kerja, makanan terdiri dari makan dan –an. Dalam melakukan analisis dengan teknik ini perlu diperhatikan
makna dari bentuk tersebut. Misalnya berpakaian unsur langsungnya adalah ber- dan pakaian. Mengapa? karena
makna berpakaian adalah mengenakan
pakaian. Lalu bentuk pakaian unsur
langsungnya pakai dan –an.
ber pakai an
bentuk membacakan dapat
dianalisis atas unsur langsung me-
dan bacakan, namun, menurut makna dan
urutan pembentuknya, unsur-unsur langsungnya me- dan bacakan. Jadi –kan lebih dahulu diimbuhkan pada akar
baca menjadi bacakan, baru kemudian diimbuhkan me- sehingga menjadi membacakan.
b. Model
kata dan paradigma (Word and Paradigma
Model)
Dalam
model ini yang dijadikan satuan dasar adalah kata, dan unsur-unsur kata yakni
morfem.
Contohnya
kata pembaca disajikan bersama
kata-kata lain yang mengandung bentuk-bentuk yang mirip
pembaca
membaca
bacaan
terbaca
pembacan
c. Model
tata nama (Name and Process Model).
Dalam
model ini disajikan unsur-unsur gramatikal, yakni morfem serta diperlihatkan
bagaimana hubungannya diantara unsur-unsur itu.
Contohnya kata pembaca, terjadi
dari morfem pe- dan morfem baca, kata bacaan terjadi dari morfem baca
dan –an.
d.
Model proses (Name
and Prosess Model)
Dalam proses ini bentuk kompleks diakui terjadi sebagai hasil suatu
proses yang melibatkan dua buah komoponen yaitu komponen dasar dan proses.
Contohnya kata pembaca dasarnya adalah baca dan prosesnya adalah prefiksasi
dengan prefiks pe- dan pada kata pembacaan dasarnya adalah baca dengan prosesnya konfiksasi dengan
konfiks pe-an.
3. Identifikasi
morfem ( menurut Abdul Chaer)
a.
Dua bentuk yang sama atau memiliki makna yang sama
merupakan sebuah morfem. Misalnya kata bulan
pada contoh berikut ini:
- Bulan depan dia akan menikah
- Sudah tiga bulan dia belum membayar uang SPP.
b.
Dua bentuk yang sama atau bila memiliki makna yang
berbeda merupakan dua morfem yang berbeda.
Misalnya kata bunga pad
contoh berikut ini:
-
Bank Indonesia memberikan bunga 5% pertahun
-
Dia datang membawa seikat bunga.
c.
Dua buah bentuk yang berbeda, tetapi memiliki makna
yang sama, merupakan dua morfem yang berbeda. Misalnya kata ayah dan kata bapak dalam kalimat ini adalah dua morfem yang berbeda
-
Ayah pergi ke
Medan
-
Bapak baru
pulang dari Medan
d.
Bentuk-bentuk yang mirip (berbeda sedikit) tetapi
maknanya sama adalah sebuah morfem yang
sama asal perbedaan bentuk itu dapat dijelaskan secara fonologis. Mislanya bentuk
me-, mem-, men-, meng-, dan menge-pada
kata-kata berikut adalah sebuah morfem yang sama:
-
Melihat
-
Membina
-
Mendengar
-
Menyusul
-
Mengambil
-
Mengecat
e.
Bentuk yang hanya muncul dengan pasangn atau
satu-satunya adalah juga sebuah morfem. Misalnya, renta pada konstruksi tua
renta, kuyup pada konstruksi basah kuyup
f.
Bentuk yang muncul berulang-ulang pada satuan yang
lebih besar, apanila memiliki makna yang sama adalah juga merupakan morfem yang
sama. Mislanya bentuk baca pada kata-kata berikut:
-
membaca
-
pembaca
-
pembacaan
-
bacaan
-
terbaca
-
keterbacaan
g.
Bentuk yang muncul berulang-ulang pada satuan bahasa
yang lebih besar (klausa atau kalimat) apabila maknanya berbeda secara polisemi
adalah juga merupakan morfem yang sama. Misalnya kata kepala pada kalimat berikut ini
-
Ibunya menjadi kepala
sekolah di sana
-
Nomor teleponnya tertera pada kepala surat itu
-
Setiap kepala
mendapat bantuan sepuluh ribu rupiah.
***
3.2
JENIS MORFEM
1. Berdasarkan
kebebasannya untuk dapat digunakan langsung dalam pertuturan dibedakan adanya
morfem bebas dan morfem terikat.
a.
Morfem bebas adalah morfem yang tanpa keterkaitannya
denga morfem lain dapat langsung digunakan dalam pertuturan. Morfem bebas ini
berupa morfem dasar.
Misalnya pulang, meja, pergi,
merah, besar dsb.
b.
Morfem terikat adalah morfem yang harus terlebih dahulu
bergabung dengan morfem lain untuk dapat dipergunakan dalam pertuturan. Afiks
dalam bahasa Indonesia adalah morfem terikat. Tetapi adaj uga morfem terikat
yang berupa morfem dasar, seperti henti,
juang, dan sebagainya. Berkenaan
dengan morfem dasar terikat perlu dikemukakan catatan sebagai berikut:
-
Bentuk dasar terikat seperti gaul, juang, dan henti lazim juga disebut bentuk
prakategorial karena bentuk bentuk tersebut belum memiliki kategori sehingga
tidak dapat dipergunakan dalam tuturan.
-
Bentuk-bentuk seperti beli, baca, dan tulis, dikelompokkan
ke dalam kelompok prakategorial karena
sebelum digunakan dalam kalimat harus terlebih dahulu diberi me-,
di-, atau ter-.
-
Bentuk-bentuk seperti renta, kerontang dan kuyup adalah juga morfem terikat yang
dikenal dengan sebutan morfem unik.
-
Bentuk-bentuk yang disebut klitika merupakan morfem
yang agak sukar ditentukan statusnya apakah morfem bebas atau morfem terikat.
Kemunculannya dalam pertuturan selalu melekat dengan morfem lain tetapi dapat
dipisahkan. Misalnya klitika –ku
dalam konstruksi bukuku dapat dipisahkan sehingga menjadi buku baruku
-
Bentuk-bentuk yang termasuk preposisi dan konjungsi
seperti dan, oleh, di karena, merupakan bentuk bebas dalam morfologi tetapi merupakan
bentuk terikat secara sintaksis.
-
Bentuk-bentuk proleksem seperti a pada asusila, dwi pada dwibahasa, dan ko pada kopilot
merupakan morfem terikat.
2. Berdasarkan
keutuhan bentuknya dibedakan adanya morfem utuh dan morfem terbagi
-
Morfem utuh secara fisik merupakan satu kesatuan yang
utuh. Semua morfem dasar baik bebas maupun terikat serta prefiks, infiks dan
sufiks termasuk morfem utuh.
-
Morfem terbagi adalah morfem yang fisiknya terbagi atau
disisipi morfem lain. Karena itu semua konfiks merupakan morfem terbagi (pe-an, ke-an, per-an)
3.
Berdasarkan kemungkinannya menjadi dasar dalam
pembentukan kata dibedakan menjadi morfem dasar dan morfem afiks.
-
Morfem dasar adalah morfem yang dapat menjadi dasar
dalam suatu proses morfologi. Misalnya morfemm beli, makan, merah. Namun perlu diingat bentuk dasar yang termasuk
dalam kategori preposisi tidak pernah
mengalami proses morfologis.
-
Morfem afiks adalah morfem yang tidak pernah menjadi
dasar dalam proses morfologis. Mislanya me-,
-kan, pe-an dan sebagainya.
4. Berdasarkan
jenis fonem pembentuknya dibedakan adanya morfem segmental dan morfem nonsegmental
-
Morfem segmental adalah morfem yang dibentuk oleh
fonem-fonem segmental. Morfem segmental adalah morfem yang berupa bunyi dan dapat disegmentasikan mislanya lihat,
ter-, sikat dan sebagainya.
-
Morfem suprasegmental adalah morfem yang terbetuk dari
nada, tekanan, durasi dan intonasi. Dalam bahasa Indonesia tidak ditemukan
morfem suprasegmental.
5. Berdasarkan
kehadirannya secara konkret dibedakan adanya morfem wujud dan tanwujud.
-
Morfem wujud adalah morfem yang secara nyata ada.
-
Morfem tanwujud adalah morfem yang kehadirannya tidak
nyata. Morfem tanwujud ini tidak ada dalam bahasa Indonesia.
6.
Berdasarkan ciri semantic dibedakan adanya morfem
bermakna leksikal dan morfem tak bermakna leksikal.
-
Morfem bermakna leksikal karena di dalam dirinya secara
inheren telah memiliki makna. Semua morfem dasar bebas termasuk morfem bermakna
leksikal.
-
Morfem tak bermakna leksikal morfem yang tidak mempunyai
makna sendiri. Semua afiks adalah morfem
tak bermakna leksikal.
I.
Morfem
Dasar, Bentuk Dasar, Pangkal (Stem), Akar dan Leksem
a. Morfem
dasar adalah morfem yang menjadi dasar pembentukan kata kompleks.
Contoh: beli, juang, kucing dsb.
Morfem dasar dapat menjadi
bentuk dasar atau dasar (base) dalam suatu proses morfologi. Artinya diberi
afiks tertentu dalam proses afiksasi, dapat diulang dalam proses reduplikasi
atau dapat digabung dengan morfem lain dalam suatu proses komposisi atau pemajemukan.
b. Bentuk
dasar atau dasar (base) adalah sebuah
bentuk yang menjadi dasar dalam suatu proses morfologi bentuk dasar ini dapat
berupa morfem tunggal dapat juga berupa gabungan morfem. Misalnya dalam kata berbicara yang terdiri dari morfem ber- dan morfem bicara, maka morfem bicara
menjadi bentuk dasar kebetulan juga menjadi morfem dasar. Contoh lain keanekaragaman bentuk dasarnya adalah aneka ragam. Morfem dasar nya adalah morfem aneka dan morfem ragam.
c. Pangkal
atau stem adalah bentuk dasar dalam proses pembentukan kata inflektif
atau pembubuhan afiks inflektif. Dalam bahasa Indonesia pembentkan kata
inflektif hanya terjadi pada proses verba transitif yakni verba yang berprefiks
me-. Misalnya membeli, pangkalnya adalah beli,
mendaratkan pangkalnya adalah daratkan, menangisi pangkalnya adalah tangisi.
d. Akar
(root) adalah bentuk yang tidak dapat
dianalisis lebih jauh lagi, atau dengan kata lain akar adalah bentuk yang
tersisa setelah semua afiks ditanggalkan. Misalnya kata memberlakukan setelah semua afiks me-, ber-,-kan, ditanggalkan hanya tersisa akar laku.
e. Leksem
dipakai dalam dua kajian biang ilmu yaitu morfologi dan semantik. Dalam
morfologi leksem bermakna konsep atau bentuk yang akan menjadi kata atau bahan
baku pembentuk kata dalam proses morfologis.leksem ditulis dengan huruf kapital
semua. Misalnya leksem k yang akan
membentu kata memukul, dipukul, terpukul,
pukulan, pemukul dsb.
f.
Dalam bidang semantik leksem adalah satuan bahasa yang
memiliki sebuah makna. Misalnya kucing,
matahari, membanting tulang adalah leksem.
3.3 Morfem
Afiks
Morfem afiks adalah morfem yang tidak dapat menjadi dasar dalam
pembentukan kata, tetapi hanya menjadi unsur pembentuk dalam proses afiksasi:
1.)
Prefiks (awalan)
yaitu afiks yang dibubuhkan di kiri bentuk dasar, yaitu prefiks ber-, me-, per-, di-, ter-, se-, dan ke-.
2.)
Infiks (sisipan)
yaitu afiks yang dibubuhkan di tengah bentuk dasar, biasanya pada suku awak
kata, infiks yaitu –el-, -em-,-er-.
3.)
Sufiks (akhiran) adalah afiks yang dibubuhkan di kanan
bentuk dasar. sufiks yaitu –kan, -i, -an,
-nya.
4.) Konfiks
yaitu afiks yang dibubuhkan di kiri dan di kanan bentuk dasar secara bersamaan
karena konfiks merupakan satu kesatuan afiks. Konfiks meliputi: ke-an, ber-an, pe-an, per-an, se-nya.
5.)
Simulfiks (atau gabungan afiks) yaitu kata yang
dibubuhi afiks pada kiri dan kanannya tetapi pembubuhannya tidak sekaligus
melainkan bertahap. simulfiks meliputi: me-kan,
me-I, memper- memper-kan, memper-i, ber-kan, di-kan, di-i, di-per, diper-kan,
ter-I, ter-per-, terper-kan, ter-per-i,
6.) Klofiks
adalah afiks nasal dalam ragam nonbaku. Klofiks meliputi: m-,
n-, ny-, ng-, dan nge-. Contoh nulis, nyisir, ngambil dan ngecat.
Identitas Mata Kuliah
Nama Mata Kuliah : Morfologi Bahasa Indonesia
Smester/SKS : Ind III (Ganjil) /3 SKS
Kode Mata
Kuliah :
MKK 11311
Semester : III (Ganjil)
Program
Studi : Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia
Dosen pengampu : Afif Rofii
Pertemuan ke : 5
IV. PROSES MORFOLOGIS
Menurut Abdul Chaer “Proses morfologis adalah proses
pembentukan kata dari sebuah bentuk dasar melalui pembubuhan afiks, (dalam
proses afiksasi), pengulangan (dalam proses reduplikasi) penggabungan ( dalam
proses komposisi), pemendekan (dalam proses akronimisasi) dan perubahan status
(dalam proses konversi)” (Chaer 2008: 25).
Samsuri (1982:190) menuliskan bahwa proses morfologis itu
ada lima macam, yakni: (1) afiksasi, (2) reduplikasi, (3) perubahan intern, (4)
suplisi, dan (5) modifikasi kosong.
Sedangkan Verhaar (1984:64) dan Ramlan (1983:46)
menambahkan satu lagi yaitu komposisi atau pemajemukan. Keenam proses
morfologis tersebut terjadi pada bahasa-bahasa yang ada di dunia
Kridalaksana, 1989: 12)
proses morfologis meliputi (1) derivasi zero, (2) afikssai (3),
reduplikasi (4) abreviasi (pemendekan), (5) komposisi (perpaduan), (6) derivasi
balik, (7) metanalisis.
1) Derivasi
Zero, proses pembentukan kata tanpa mengalami perubahan apa-apa. Dalam
proses ini leksem menjadi kata tunggal tanpa perubahan apa-apa.
2) Afiksasi,
proses pembentukan kata dengan pembubuhan afiks. Dalam proses ini leksem
berubah menjadi kata kompleks.
3) Reduplikasi,
proses pembentukan kata dengan cara pengulangan. Dalam proses ini leksem
berubah menjadi kata kompleks dengan beberapa macam proses pengulangan.
4) Abreviasi
(pemendekan) proses pembentukan kata dengan cara menanggalkan beberapa unsur
leksem. Dalam proses ini leksem atau gabungan leksem menjadi kata kompleks atau
akronim atau singkatan dengan berbagai proses abreviasi.
5) Komposisi
atau perpaduan, proses pembentukan kata dengan cara menggabungkan beberapa leksem menjadi kata kompleks. Dalam proses
ini dua leksem atau berpadu dan outputnya adalah paduan leksem atau kompositum
(morfologi) atau kata majemuk (sintaksis)
6) Derivasi
balik dan metanalisis, dalam proses ini inputhya leksem tunggal dan outputnya
kata kompleks. Kejadiannya seperti proses afiksasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar