Pertemuan ke .......
|
1.
Pengertian
Makna
Makna adalah gejala dalam ujaran / utterance-internal-phenomenon (sesuatu
yang terdapat dalam bahasa
(intralingistik) yang berhubungan langsung dengan bunyi dan referennya (ekstralinguistik))
(yang
diartikan)
[Bunyi]
Yang
mengartikan
Yang menandai yang
ditandai
(intralingual) (ekstralingual)
meja
Gambar
[bunyi]
Yang
mengartikan
yang menandai yang ditandai
(intralingual) (ekstralingual)
2.
Informasi
Gejala luar ujaran (utterance
external) unsur yang terdapat diluar bahasa (ujaran) yang dilihat dari segi
objek atau yang dibicarakan.
3.
Maksud
Sesuatu yang terdapat di luar
bahasa dilihat dari subjeknya si pengujar atau orang yang berbicara.
istilah
|
Segi (dalam
keseluruhanperistiwa pengujaran)
|
Jenis semantik
|
makna
|
segi lingual atau dalam ujaran
|
sematik kalimat, gramatikal dan
leksikal
|
informasi
|
segi objektif (yang dibicarakan)
|
luar semantik (ekstralingulistik)
|
maksud
|
segi subjektif (pihak pemakai bahasa)
|
semantik maksud
|
4.
Tanda,
Lambang, Konsep dan Devinisi
a. Tanda
dalam bahasa Indonesia pada awalnya bermakna ‘bekas’.
-
Pukulan rotan yang sangat keras pada
punggung akan meninggalkan bekas. Bekas pukulan yang berwarna merah tersebut
menandai telah terjadi pukulan.
-
Terdengar suara adzan berarti tanda
waktu sholat telah tiba.
-
Lampu merah meyala tandanya semua
kendaraan harus berhenti.
b. Lambang
sebenarnya adalah juga tanda, tetapi lambang tidak memberi tanda secara
langsung, melainkan melalui sesuatu yang lain.
- Warna
merah pada bendera merah putih melambangkan keberanian,
- Warna
putih melambangkan kesucian
- Padi
dan kapas melambangkan kemakmuran dsb.
c. Konsep
adalah suatu gambaran dalam benak kita yang mewakili apa yang kita dengar.
d. Konsep
sebagai referen dari suatu lambang memang tidak pernah bisa sempurna. Maka
untuk menyempurnakan konsep yang ada digunakan batasan atau devinisi. Batasan
atau devinisi memberikan rumusan yang lebih teliti mengenai suatu konsep.
5.
Hubungan
Kaidah Umum
a. Hubungan
antara sebuah kata/leksem dengan rujukan atau acuannya bersifat arbitrer.
Dengan kata lain tidak ada hubungan wajib di antara keduanya.
b. Secara
singkronik makna sebuah kata/leksem tidak berupah, secara diakronik ada
kemungkinan berubah. Maksudnya, dalam jangka waktu terbatas makna sebuah kata
tidak akan berubah, tetapi dalam waktu tertentu yang relatif tidak terbatas ada
kemungkinan bisa berubah.
c. Bentuk-bentuk
yang berbeda, akan berbeda pula maknanya. Maksudnya, kalau ada dua buah kata/leksem
walaupun perbedaanya sedikit, tetapi maknanya pasti berbeda. Oleh karena itu
kata yang dikatakan bersinonim pasti maknanya tidak sama persis.
d. Setiap
bahasa memiliki sistem semantik sendiri yang berbeda dengan sistem semantik
bahasa lain karena sistem semantik itu berkaitan erat dengan sistem budaya
pemakai bahasa itu, sedangkan sistem budaya yang melatarbelakangi setiap bahasa
itu tidak sama.
e. Makna
setiap leksem dalam suatau bahasa sangat dipengaruhi oleh pandangan hidup dan
sikap anggota masyarakat yang bersangkutan.
f. Luasnya
makna yang dikandung sebuah bentuk gramatikal berbanding terbalik dengan
luasnya bentuk tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar